KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME. Karena atas izin dan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kardiovaskuler” tepat pada
waktunya. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Anatomi semester 1
tingkat 1.
Penulis
juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari
pembimbing, kakak - kakak kelas, dan teman – teman yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu.Semoga makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak.
Penulis
juga sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak kekurangan pada
makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan
untuk menunjang makalah ini agar lebih baik lagi ke depannya.
Jakarta, Oktober 2013
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan
bidan tentang perubahan sistem kardiovaskuler saat kehamilan normal
memungkinkannya megidentifikasi perubahan yang terjadi akibat kehamilan dan
mendeteksi abnormalitas, terutama jika dipengaruhi oleh penyakit yang sudah ada
sebelumnya, sehingga bisa memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada semua
ibu. Karena kondisi fisik wanita saat hamil sangat berbeda dari kondisi
normalnya.
Pada
kesempatan kali ini, penulis beserta tim ingin memberi informasi mengenai
kardiovaskuler, dengan sub materi struktur sistem kardiovaskuler, situasi
janin, situasi orang dewasa serta kelainan-kelainannya.
Pada
struktur sistem kardiovaskuler terdapat
jantung, pembuluh darah yang mengangkut darah, darah tersusun atas sel
khusus dan sel darah, yang tersuspensi dalam bagian cairan yang disebut plasma.
Lalu
sistem kardiovaskuler pada janin secara anatomis berubah untuk beradaptasi
dengan situasi ketika plasenta bertanggung jawab dalam pernapasan, absorpsi
nutrien, dan pembuangan sisa.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.1
STRUKTUR SISTEM KARDIOVASKULER (Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah)
Selama
kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa
disebut sebagai curah jantung (cardiac output) menigkat sampai 30 – 50%.
Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai
puncaknya pada usia kehamilan 16 – 28 minggu. Oleh karena curah jantung
meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam
keadaan normal 70 kali permenit menjadi
80 – 90 kali permenit) pada ibu hamil dengan penyakit jantung, ia dapat jatuh dalam
keadaan decompesate cordis. Decompesate cordis adalah kondisi gagal jantung
dikarenakan adanya kelainan jantung pada si ibu.
Setelah
mencapai kehaimilan 30 minggu, curah jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena
yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Selama persalinan, curah jantung
meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15 – 25%
di atas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali kebatas kehamilan.
Peningkatan
curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan
dalam aliran darah kerahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih
banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima
seperlima dari seluruh darah ibu.
Saat
ibu melakukan aktivitas atau berolahraga maka curah jantung, denyut jantung dan
laju pernapasan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak sedang hamil. Semua perubahan tersebt
adalah normal tejadi pada masa kehamilan, tetapi beberapa irama jantung mungkin
akan memerlukan pengobatan khusus. Selama kehamilan juga volume darah dalam
peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah merah yang mengangkut
oksigen hanya meningkat 25 – 30%.
Karena
untuk alasan yang belum jelas jumlah sel darah putih agak meningkat selama
kehamilan, saat persalinan, dan beberapa hari setelah persalinan. Jumlah
protein, albumin dan gamaglobulin menurun pada trimester I dan meningkat
bertahap sampai akhir kehamilan. Sedangkan Beta – globulin dan fibrinogen terus
meningkat. Tapi jumlah eritrosit
cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport oksigen yang sangat
diperlukan semakin meningkat. Walaupun konsentrasi Hb terlihat menurun tapi ini
normal bagi wanita hamil dan kondisi ini
di sebut anemia fisiologis. Anemia fisiologis ini disebabkan oleh meningkatnya
volume plasma darah.
Pada
ibu hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama
trimester II, kemudian akan naik lagi seperti masa pra kehamilan.
1.1.1 Sistem Sirkulasi terdiri dari
tiga kompenen dasar :
·
Jantung berfungsi sebagai pompa yang
melakukan tekanan darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang di perlukan agar
dapat mengalir ke jaringan. Darah, seperti cairan lain mengalir dari daerah
bertekanan lebih tinggi ke daerah bertekanan lebih rendah sesuai penurunan
gradien tekanan.
·
Pemubuluh darah berfungsi sebagai
saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke semua
bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke jantung.
·
Darah berfungsi sebagai medium
transportasi tempat bahan-bahan yang akan di salurkan atau diendapkan.
1.1.2 Keseluruhan sistem
peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena.
·
Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan
tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis
(lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut
jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis yang dapat
teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol.
·
Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri,
berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi
beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler.
Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi untuk
vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran
darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada resistensi.
·
Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding
sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah
dari jantung) dan vena (membawa darahkembali ke jantung). Kapiler memungkinkan
oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan
hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
·
Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu
bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah
kembali ke jantung.
·
Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya
diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah
dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu
dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena
berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah
sesuai kebutuhan tubuh.
1.2 SIRKULASI KARDIOVASKULER PADA
JANIN
Sistem kardiovaskuler pada janin secara
atanomis berubah untuk beradaptasi dengan situasi ketika plasenta bertanggung
jawab dengan pernapasan, absorpsi nutrien, dan pembuangan sisa.
Pada janin, aliran darah
tidak mengikuti rute yang sama dengan rute setelah lahir. Perbedaan utama
antara sirkulasi janin dan sirkulasi setelah lahir adalah penyesuaian terhadap
kenyataan bahwa janin tidak bernafas, sehingga paru-paru pun tidak berfungsi.
Janin memperoleh oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida melalui pertukaran dengan darah ibu menembus
placenta. Karena darah tidak perlu mengalir ke paru-paru untuk menyerap oksigen
dan mengeluarkan karbon dioksida. Pada sirkulasi janin terdapat dua jalan
pintas, yaitu :
·
Foramen ovale, adalah suatu lubang di septum antara atrium kanan dan
kiri.
·
Duktus arteriosus, adalah pembuluh yang menghubungkan arteri pulmonalis
dan aorta ketika keduanya keluar dari jantung.
Peran jalan-jalan pintas ini
dapat di gambarkan dengan jelas apabila kita mengikuti aliran darah melalui
jantung janin.
Darah beroksigen tinggi
dibawa dari placenta melalui vena umbilikalis dan diteruskan ke dalam vena kava
inferior janin. Sehingga ketika dikembalikan ke atrium kanan dari sirkulasi
sistemik, darah adalah campuran dari darah yang beroksigen tinggi dari vena umbilikalis
dan darah vena yang beroksigen rendah yang kembali dari jaringan janin.
Selama masa janin, karena
tingginya resistensi yang diakibatkan oleh paru-paru yang kolaps, tekanan di
separuh kanan jantung dan sirkulasi paru-paru lebih tinggi daripada di separuh
kiri jantung dan sirkulasi sistemik, situasi yang terbalik dibandingkan dengan
setelah lahir. Karena perbedaan tekanan antara atrium kanan dan kiri, sebagian
darah campuran yang beroksigen cukup akan kembali ke atrium kanan segera di
salurkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Darah ini kemudian mengalir ke
dalam ventrikel kiri dan dipompa ke luar ke sirkulasi sistemik.
Selain memperdarahi
jaringan, sirkulasi sistemik janin juga mengalirkan darah melalui arteri
umbilikalis agar terjadi pertukaran dengan darah ibu melalui placenta. Sisa
darah di atrium kanan yang tidak segera dialihkan ke atrium kiri mengalir ke
ventrikel kanan, yang memompa darah ke dalam arteri pulmonalis.
Karena tekanan di arteri
pulmonalis lebih besar daripada tekanan di aorta, darah di alihkan dari arteri
pulmonalis ke dalam aorta melalui duktus arteriosus mengikuti penurunan gradien
tekanan. Sehingga, sebagian besar darah yang dipompa keluar dari ventrikel
kanan yang di tujukan ke sirkulasi paru-paru segera dialihkan ke dalam aorta
dan disalurkan ke sirkulasi sistemik, mengabaikan paru yang non fungsional.
Saat lahir, foramen ovale
menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang dikenal sebagai fosa ovalis di
septum atrium. Duktus arteriosus kolaps dan akhirnya berdegenarasi menjadi
untai ligametosa tipis yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
Kadang-kadang kedua jalan
pintas tersebut tidak menutup sempurna setelah lahir. Foramen ovale paten
(terbuka) biasanya tidak menimbulkan banyak masalah karena terdapat daun mirip
katup disisi kiri septum. Daun ini menutup lubang sewaktu tekanan atrium kiri
lebih besar dari pada tekanan atrium kanan.
Karena tekanan diseparuh
kanan jantung dan sirkulasi paru turun pada bayi baru lahir segera setelah
proses bernafas dimulai dan paru mengembang, tekanan di separuh kiri jantung
dan sirkulasi sistemik lebih besar daripada tekanan di paru setelah lahir.
Dengan demikian, tekanan atrium kiri lebih besar daripada tekanan atrium kanan
pada neonatus, berlawanan dengan sebelum lahir. Perbedaan tekanan ini menutup
daun pada foramen ovale dan mencegah terjadinya pencampuran kepada kedua atrium
walaupun foramen ovale tidak menutup sempurna.
Duktus arteriosus paten
adalah keadaan yang lebih serius. Sewaktu terjadi penurunan resistensi paru
saat proses bernafas dimulai, tekanan di arteri pulmonalis turun di bawah
tekanan di aorta, suatu keadaan yang menetap seumur hidup. Karena tekanan aorta
sekarang lebih besar daripada tekanan arteri pulmonalis, sebagian darah akan
dialirkan dari aorta ke dalam arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus yang
tetap terbuka, yaitu berlawanan dengan arah aliran darah melalui duktus ini
sebelum lahir.
Akibat pengalihan yang
abnormal, tidak semua darah yang dipompa oleh ventrikel kiri masuk ke sirkulasi
sistemik. Apabila keadaan ini tidak diperbaiki secara bedah dengan menikat
duktus arteriosus yang terbuka tersebut, ventrikel kiri akan melakukan
kompensasi dengan hipertrofi (membesar dan menjadi lebih kuat) , sehingga dapat
dipompa lebih banyak darah.
Curah jantung tambahan ini
menghasilkan sirkulasi sistemik yang kuat walaupun sebagian dari darah yang
keluar dari ventrikel kiri akan dialihkan ke sirkulasi paru. Ventrikal kanan
juga mengalami hipetrofi, yang memungkinkan pemompaan darah melawan ke kanan
arteri pulmonalis yang meningkat, di sebabkan oleh banyaknya darah yang
mengalir ke dalam sirkulasi paru. Beban kerja tambahan pada jantung ini
akhirnya menyebabkan gagal jantung dan kematian prematur jika kelainan tersebut
tidak dikoresi.
1.3 SIRKULASI KARDIOVASKULER PADA ORANG DEWASA
Secara umum sistem sirkulasi
darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian:
· Sistem sirkulasi umum
(sistemik): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan
kembali ke jantung kanan.
· Sistem sirkulasi paru-paru
(pulmoner): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu
kembali ke jantung kiri.
Pada
orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistem sirkulasi
mencapai 5-6 liter (4,7 - 5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di dalam
sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti.
·
Sistem sirkulasi sistemik
Sistem
sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang mengandung banyak
oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh jantung melalui bilik
(ventrikel) kiri ke pembuluh darah Aorta lalu keseluruh bagian tubuh melalui
arteri-arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil yang
dinamakan kapilaria.
Kapilaria melakukan gerakan
kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut dengan vasomotion sehingga
darah didalamnya mengalir secara terputur-putus (intermittent).
Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik- 3 menit
sekali.
Darah mengalir secara sangat
lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata-rata 0,7 mm/detik. Dengan
aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat melalui dinding
kapilaria. Pertukaran zat ini terjadi melalui proses difusi, pinositosis dan
transpor vesikuler, serta filtrasi dan reabsorpsi. Ujung kapilaria yang membawa
darah bersih dinamakan arteriole sedangkan ujung kapilaria yang membawa darah
kotor dinamakan venule, terdapat hubungan antara arteriole dengan venule
melalui 'capillary bed' yang berbentuk seperti anyaman, ada juga
hubungan langsung (bypass) dari arteriole ke venule melalui 'Arteria-Vena
Anastomose (A-V Anastomosis).
Darah dari arteriole
mengalir kedalam venule kemudian melalui pembuluh darah balik (vena terbesar
yang menuju jantung kanan yaitu Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior)
kembali ke jantung kanan (serambi/atrium kanan). Darah dari atrium kanan
memasuki ventrikel kanan melalui Katup Trikuspid (katup berdaun 3).
Sistem Sirkulasi Sistemik: jantung (bilik /
ventrikel kiri) --> Aorta --> Arteri --> Arteriole --> Capillary
bed atau A-V Anastomose --> venule --> vena --> Vena Cava (Vena Cava
Inferior dan Vena Cava Superior) --> Jantung (atrium/serambi kanan).
·
Sistem sirkulasi paru (pulmoner)
Sistem sirkulasi paru
dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak mengandung Oksigen (O2) tetapi
mengandung banyak CO2, yang berasal dari Vena Cava Inferior dan Vena Cava
Superior) mengalir meninggalkan jantung kanan (Ventrikel/bilik kanan) melalui
Arteri Pulmonalis menuju paru-paru (paru kanan dan kiri).
Kecepatan aliran darah di
dalam Arteri Pulmonalis sebesar 18 cm/detik, kecepatan ini lebih lambat
daripada aliran darah di dalam Aorta. Di dalam paru kiri dan kanan, darah
mengalir ke kapilaria paru-paru dimana terjadi pertukaran zat dan cairan
melalui proses filtrasi dan reabsorbsi serta difusi.
Di kapilaria paru-paru
terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 sehingga menghasilkan darah bersih (darah
yang mengandung banyak Oksigen). Darah bersih selanjutnya keluar paru melalui
Vena Pulmonalis (Vena Pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri
(atrium/serambi kiri). Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru-paru
sangat lambat, setelah mencapai Vena Pulmonalis, kecepatan aliran darah bertambah
kembali. Seperti halnya Aorta, Arteri Pulmonalis hingga kapilaria juga
mengalami pulsasi (berdenyut).
Selanjutnya darah mengalir
dari dari atrium kiri melalui katup Mitral (katup berdaun memasuki Ventrikel
kiri lalu keluar jantung melalui Aorta, maka dimulailah sistem sirkulasi
sistemik (umum), dan seterusnya secara berkesinambungan.
Sistem Sirkulasi Paru-paru:
Jantung (bilik/ventrikel kanan) --> Arteri Pulmonalis --> Paru -->
Kapilaria paru --> Vena Pulmonalis --> jantung (atrium/serambi kiri).
1.4 PENYAKIT JANTUNG PADA
KEHAMILAN
Penyakit jantung adalah penyabab
kematian paling sering kedua pada ibu secara keseluruhansetelah keseluruhan
psikiatrik dan lebih sering dibanding penyakit tromboembolisme. Penyebab
utamanya adalah miokard, aneurisme, dan diseksi aorta. Penyebab paling lazim
penyakit jantung didapat pada ibu subur adalah penyakit jantung reumatik yang
merupakan komplikasi demam reumatik yang dialami ketika masih kanak-kanak.
Penyakit jantung didapat
akibat terjadi komplikasi proses penyakit lain. Penyebab penyakit tersebut
dapat meninggalkan luka parut setelah terjadi peradangan akibat infeksi pada
ibu selama masa hamil-melahirkan. Meski
sekarang jarang ditemukan di Inggris, proses penyakit lebih cenderung mengarah
ke penyakit jantung reumatik. Kondisi peradangan lain yang jarang terjadi
adalah endokarditis dan perikarditis infektif. Penyakit jantung iskemik pada
kehamilan meningkat khusunya pada ibu usia 34 tahun.
1.4.1. Penyakit jantung reumatik
Penyakit ini merupakan dampak dari komplikasi
inflamasi streptokokus A yang di tandai dengan infeksi pernafasan atau demam
skarlatina. Pada individu yang rentan terhadap antibodi yang berespons terhadap
infeksi awal, demam reumatik biasanya dimanesfestasikan dengan demam dan nyeri
sendi. Akan tetapi, intensitas demam sangat bervariasi, mulai dari kondisi ringan tanpa diketahui hingga penyakit
akut dengan mortalitas 2-3%. Komplikasi umum demam reumatik adalah penyakit
jantung yang mungkin tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Organ
lainnya yang dapat di pengaruhi adalah sendi, kulit, dan otak.
Pada individu yang mengalami penyakit jantung
reumatik, endokardium menjadi radang dan selanjutnya tumbuh jaringan parut. Hal
ini paling umum ditemukan pada katup jantung, khusunya katup mitral dan sedikit
meluas ke katup trikuspid. Fungsi katup tersebut dapat menyimpang dan
terganggu. Ujung daun katup dapat mengeras, menyatu, dan pembukaan menyempit,
yang kemudian kondisi tersebut dinamakan stenosis mitral atau atrial
(berhubungan dengan katup trikuspid). Lebih parah lagi, kerusakan tersebut
dapat menghambat daun katup menutup secara sempurna sehingga memungkinkan darah
mengalir kembali ke jantung, yang akhirnya mengakibatkan inkompetensi
mitral/atrial.
Perubahan tersebut menyebabkan kerusakan hati yang
menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah secara baik ke seluruh tubuh. Selanjutnya, ukuran jantung akan
semakin besar, yang dikenal dengan hipertrofi. Melemahnya jantung dan desakan
lebih lanjut, seperti kehamilan, dapat menyebabkan gagal jantung. Kondisi lain
yang memiliki dampak serupa antara lain :
·
Endokarditis infektif
Merupakan inflamasi
endokardium jantung, namun akibat gangguan infektif. Faktor predisposisi
kondisi tersebut pada individu adalah penyalahgunaan obat intravena, kerusakan
katup (seperti dijelaskan sebelumnya), infeksi minor, perawatan gigi, dan
pembedahan jantung. Pada kondisi tersebut, organisme infektif tumbuh pada
jaringan parut katup seperti yang terjadi pada penyakit jantung reumatik.
·
Perikarditis. Merupakan inflamasi perikardium akibat infeksi, cedera
jantung, atau respons otoimun. Perikarditis dapat menyebabkan infusi
perikardial yang menghambat pengembangan adekuat jantung, atau pembentukan
jaringan parut pada perikardium yang menganggu elastisitas jantung. Pasien
dapat merasa nyeri saat bernafas dan nyeri dada.
1.4.2. Penyakit jantung iskemik dan infarkmiokardial
Seiring penigkatan masalah
diet dan obesitas di era industri, semakin banyak ditemukan ibu dengan tanda
awal penyakit iskemik jantung. Pembuluh darah rusak karena tingginya kadar
lemak yang bersirkulasi dan plak aterosklerosis mulai mempersempit lumen
pembuluh darah. Bila hal ini terjadi pada arteri koroner yang berada disekitas
jaringan jantung dan menyuplai nutrisi ke jaringan tersebut jantung menjadi
eskemik dan tidak mampu melanjutkan fungsinya dengan baik.
Ibu yang cenderung
mempertahankan rencana untuk hamil sampai usia lanjut beresiko tambahan mengalami
penyakit jantung eskemik yang semakin memburuk. Beban kerja jantung yang
bertambah selama kehamilan, dan kelahiran dapat menyebabkan angina, dan
terkadang serangan jantung, berupa infark miokard. Insiden infark miokard akut
selama kelahiran sangat jarang terjadi, hanya satu dari sepuluh ribu sampai
tiga puluh ribu ibu. Akan tetapi mortalitas maternal akibat infark miokard
dapat mencapai 40%. Perubahan permanen pada jantung karena hipertensi kronis
dapat mempersulit kehamilan.
1.4.3. kardiomiopati
peripartum
Penyakit ini jarang terjadi
namun angka kematian akibat penyakit tersebut tinggi pada kehamilan. Angka
kematian yang diakibatkannya berkisar 25-50% dengan jumlah kematian yang
signifikan terjadi segera setelah awitan gejala. Pada ibu yang mengidap kardiomiopati
peripartum tanpa riwayat penyakit jantung, miokadium jantung berarti terjadi
penebalan dan inflamasi. Resiko yang lebih tinggi akan terjadi pada ibu yang lebih tua dan pada ibu yang memiliki
penyakit hipertensi.
1.4.4. penyakit jantung
kongenital
Defek
kongenital merupakan penyebab penyakit jantung tersering pada kehamilan. Defek
struktural yang terjadi saat lahir biasanya dikenali di inggris dan terapi
pembedahan yang sukses mengalami peningkatan. Akan tetapi jika penyakit tersebut
tidak terdeteksi dan tubuh mampu berfungsi normal, individu tidak menunjukkan
gejala hingga stress tambahan mengenai jantung.
Perbaikan defek secara
pembedahan belum dapat memulihkan kerja jantung dalam kapasitas normal.
Sehingga bila dibebani dengan kehamilan gejala dapat muncul untuk pertama
kalinya. Defek kongenital yang lebih sering muncul pada kehamilan meliputi
sebagai berikut :
·
Defek septum atrium atau ventrikel
·
Duktus arteriosus paten
·
Stenosis pulmonal atau aorta
·
Sindrom seperti eisenmenger dan marfan
Defek septum atrium atau ventrikel adalah pembukaan abnormal
antara atrium kanan dan kiri atau ventrikel kanan dan kiri. Pada jantung yang
tidak terkena ventrikel kiri mengandung darah yang memiliki tekanan lebih besar
di banding ventrikel kanan kerena ventrikel harus menghasilkan tekanan yang
cukup untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu pada kasus defek
septum atrium atau ventrikel, darah mengalir melalui defek dari sisi kiri dan
kanan jantung.
Defek sektum tanpa penyulit
dan kecil jarang menyebabkanmasalah pada ibu selama kehamilan. Akan tetapi lama
kelamaan bergantung pada banyak faktor lainnya, darah tambahan dari atrium kiri
dapat menyebabkan volume berlebih pada atrium dan ventrikel kanan. Bila kondisi
tersebut tidak di tangani dapat menyebabkan pembesaran sisi kanan jantung dan
pada akhirnya terjadi gagal jantung. Hipertansi dan penyakit arteri koroner
dapat memperburuk kondisi tersebut.
Beban berlebihan secara
konstan pada sisi kanan jantung dapat memperberat beban seluruh pembuluh darah
paru. Akhirnya, pembuluh darah paru dapat menghasilkan haipertensi paru untuk
mengsilkan hurangi volume darah yang berlebih dari paru. Bila hal interjadi
perubahan terus berlanjut, dapat terjadi perubahan paru yang meningkatkan tekanan
di sisi kanan jantung.
Kondisi seperti ini dapat
membalikan gradien tekanan yang melewati defek seftum atrium atau ventrikel,
dan pirau dapat terbalik, akibatnya terjadi pirau kanan ke kiri yang dikenal
dengan sindrom eisenmenger. Sindrom eisenmenger menyebabkan angka kematian yang
tinggi pada kehamilan sehingga ibu dengan sindrom tersebut disarankan untuk
menghindari kehamilan.
Duktus arteriosus paten merupakan kondisi yang tersisa
dari kehidupan janin. Selama kehamilan, darah di oksigenasi oleh plasenta sehinggga
paru tidak berfungsi. Sirkulasi janin disesuaikan untuk memintas paru melalui
suatu struktur temporer yang disebut duktus arteriosus yang terletak antara
arteri pulmonalis dan aorta. Struktur tersebut jarang tidak menutup setlah
lahir.
Duktus arteriosus paten
menyebabkan darah teroksigenasi mengalir mengikuti gradien tekanan dari aorta
ke arteri pulmonalisdengan demikian, sebagian darah teroksigenasi tidak
mengalir keseluruh tubuh sehingga pasien dapat mengalami sesak nafas dan
sianosis.
Hipertensi paru juga
nantinya dapat terjadi. Frekuensi jantung meningkat sebagai upaya mengalirkan
darah yang cukup ke semua area tubuh, namun bila tidak ditahani pasien dapat
mengalami gagal jantung. Seperti pada defek septum, kemampuan jantung untuk
meregang bergantung pada kemampuan tubuh mengatasi beban tambahan yang
berlebihan.
Stenosis pulmonalis atau aorta adalah penyempitan arteri
ppulmonalis atau aorta ketika darah mininggalkan jantung. Aliran darah ke dalam
sirkulasi pulmonal atau sistemik dihambat
oleh pembuluh darah yang menyempit. Sindrom marfan merupakan kkondisi genetik
yang biasanya mengenai salah satu organ yaitu jantung.
Apa pun patofisiologinya,
persoalan dari semua defek tersebut berpusat pada kemampuan jantung dalam
mengatasi beban tambahan selama kehamilan dan pelahiran. Ibu yang mengalami
penyakit jantung berat umumnya paling beresiko mengalami kematian, apa pun
patologi yang mendasarinya. Bidan harus sigap dalam melihat kemungkinan adanya
penyakit jantung dan tanda gangguan jantung.
Sindrom seperti Marfan dan Eisenmenger
Sindrom Marfan adalah
gangguan jaringan ikat.jaringan ikat adalah jaringan, tangguh
berserat yang menghubungkan satu bagian tubuh dengan yang lain. jaringan ikat
rusak dan tidak bertindak sebagaimana mestinya. Karena jaringan penghubung
ditemukan di seluruh tubuh, sindrom Marfan dapat mempengaruhi banyak sistem tubuh
adalah komponen utama dari tendon, ligamen, tulang, tulang rawan, dan dinding
pembuluh darah besar. Sindrom Marfan mempengaruhi satu dari setiap 10.000 bayi
baru lahir.
Sedangkan sindrom
Eisenmenger diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan
ventrikel kanan sama dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau
seluruhnya telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit
vaskuler pulmonal.
1.4.5 TANDA-TANDA PENYAKIT
JANTUNG
Sulit untuk mengidenfikasi
tanda dan gejala awal penyakit jantung pada kehamilan karena kehamilan itu
sendiri menghasilkan respon serupa dalam tubuh, misalnya penyakit jantung dan
sebagaimana pembahasannya sebelumnya. Akan tetapi, pengawasan yang cermat pada
ibu hamil disertai pengetahuan tentang tanda vital dasar memungkinkan bidan
sigap terhadap kemungkinan komplikasi yang tidak berhubungan langsung dengan
kehamilan.
Tanda dan gejala penyakit
jantung meliputi :
·
Keletihan karena jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan sel dan organ
tubuh terutama saat beraktivitas.
·
Sesak nafas (dispnea) sangat membatasi aktivitas normal, karena jantung
tidak mampu mengalirkan darah dnegan cukup cepat ke paru untuk kelangsungan
pertukaran gas.
·
Palpitasi akibat aritmia jantung.
·
Denyut nadi yang kolaps dan bounding (denyut kuat dan keras disertai
amflitudo tinggi). Karena frekuensi jantung meningkat tanpa peningkatan curah
jantung.
·
Nyeri dada yang berhubungan dengan aktivitas akibat otot jantung iskemik.
·
Edema perifer karena aliran dibalik vena tidak kuat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makalah ini dibuat demi bertambahnya pengetahuan,
khususnya bertambahnya pengetahuan untuk wanita yang sedang hamil. Karena
banyak hal fatal yang bisa terjadi bila jantung bermasalah atau abnormal.
Seperti halnya ada gangguan pada jantung saat masa kehamilan tidak hanya akan
berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan ibunya, tapi juga akan berdampak
bagi kesehatan dan tmbuh kembang janin yang dikandungnya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kesehatan jantung untuk
semua orang khususnya bagi wanita hamil dan janinnya akan semakin bertambah
baik. Keabnormalan pada jantung juga akan bisa diminimalisirkan.
Saran
Jaga kesehatan dan sayangilah jantung anda. Karena jantung
anda tidak hanya milik anda pribadi, tapi juga orang sekitar anda. Jadi mulai
sekarang jaga kesehatan jantung anda. Lakukanlah pola hidup sehat dengan makan
makanan bergizi yang seimbang dan lengkapi dengan olahraga teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :
PT Gramedia
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan (hal 61 –
62). Jakarta : Salemba Medika
Wylie, Linda. 2005. Esensial Anatomi & Fisiologi (hal 79 – 82).
Jakarta : EGC
Wylie, Linda. 2007. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan &
Persalinan (hal.46 - ). Jakarta : EGC