Sabtu, 22 Maret 2014

Sistem Kardiovaskuler



KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME. Karena atas izin dan rahmatnya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Kardiovaskuler” tepat pada waktunya. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Anatomi semester 1 tingkat 1.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari pembimbing, kakak - kakak kelas, dan teman – teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.Semoga makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis juga sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak kekurangan pada makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menunjang makalah ini agar lebih baik lagi ke depannya.




                                                                                Jakarta, Oktober  2013

 
                                                                                                          penulis







BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan bidan tentang perubahan sistem kardiovaskuler saat kehamilan normal memungkinkannya megidentifikasi perubahan yang terjadi akibat kehamilan dan mendeteksi abnormalitas, terutama jika dipengaruhi oleh penyakit yang sudah ada sebelumnya, sehingga bisa memberikan asuhan kebidanan yang tepat kepada semua ibu. Karena kondisi fisik wanita saat hamil sangat berbeda dari kondisi normalnya.
Pada kesempatan kali ini, penulis beserta tim ingin memberi informasi mengenai kardiovaskuler, dengan sub materi struktur sistem kardiovaskuler, situasi janin, situasi orang dewasa serta kelainan-kelainannya.
Pada struktur sistem kardiovaskuler terdapat  jantung, pembuluh darah yang mengangkut darah, darah tersusun atas sel khusus dan sel darah, yang tersuspensi dalam bagian cairan yang disebut plasma.
Lalu sistem kardiovaskuler pada janin secara anatomis berubah untuk beradaptasi dengan situasi ketika plasenta bertanggung jawab dalam pernapasan, absorpsi nutrien, dan pembuangan sisa.








BAB II
PEMBAHASAN

1.1 STRUKTUR SISTEM KARDIOVASKULER (Anatomi Jantung dan Pembuluh Darah)
Selama kehamilan jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) menigkat sampai 30 – 50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 16 – 28 minggu. Oleh karena curah jantung meningkat, maka denyut jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70 kali permenit  menjadi 80 – 90 kali permenit) pada ibu hamil dengan penyakit jantung, ia dapat jatuh dalam keadaan decompesate cordis. Decompesate cordis adalah kondisi gagal jantung dikarenakan adanya kelainan jantung pada si ibu.
Setelah mencapai kehaimilan 30 minggu, curah jantung agak  menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang membawa darah dari tungkai ke jantung. Selama persalinan, curah jantung meningkat sebesar 30%, setelah persalinan curah jantung menurun sampai 15 – 25% di atas batas kehamilan, lalu secara perlahan kembali kebatas kehamilan.
Peningkatan curah jantung selama kehamilan kemungkinan terjadi karena adanya perubahan dalam aliran darah kerahim. Janin yang terus tumbuh, menyebabkan darah lebih banyak dikirim ke rahim ibu. Pada akhir usia kehamilan, rahim menerima seperlima dari seluruh darah ibu.
Saat ibu melakukan aktivitas atau berolahraga maka curah jantung, denyut jantung dan laju pernapasan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang  tidak sedang hamil. Semua perubahan tersebt adalah normal tejadi pada masa kehamilan, tetapi beberapa irama jantung mungkin akan memerlukan pengobatan khusus. Selama kehamilan juga volume darah dalam peredaran meningkat sampai 50%, tetapi jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen hanya meningkat 25 – 30%.
Karena untuk alasan yang belum jelas jumlah sel darah putih agak meningkat selama kehamilan, saat persalinan, dan beberapa hari setelah persalinan. Jumlah protein, albumin dan gamaglobulin menurun pada trimester I dan meningkat bertahap sampai akhir kehamilan. Sedangkan Beta – globulin dan fibrinogen terus meningkat. Tapi  jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transport oksigen yang sangat diperlukan semakin meningkat. Walaupun konsentrasi Hb terlihat menurun tapi ini normal bagi wanita hamil  dan kondisi ini di sebut anemia fisiologis. Anemia fisiologis ini disebabkan oleh meningkatnya volume plasma darah.
Pada ibu hamil, nadi dan tekanan darah arteri cenderung menurun terutama selama trimester II, kemudian akan naik lagi seperti masa pra kehamilan.
            1.1.1 Sistem Sirkulasi terdiri dari tiga kompenen dasar :
·         Jantung berfungsi sebagai pompa yang melakukan tekanan darah untuk menimbulkan gradien tekanan yang di perlukan agar dapat mengalir ke jaringan. Darah, seperti cairan lain mengalir dari daerah bertekanan lebih tinggi ke daerah bertekanan lebih rendah sesuai penurunan gradien tekanan.
·         Pemubuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan kemudian mengembalikannya ke jantung.
·         Darah berfungsi sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan yang akan di salurkan atau diendapkan.

1.1.2 Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola,  kapiler, venula dan vena.

·         Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat dan elastis (lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan elastis  yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol.

·         Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang berfungsi untuk vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada resistensi.

·         Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darahkembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.

·         Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.

·         Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan tubuh.


1.2 SIRKULASI KARDIOVASKULER PADA JANIN

Sistem kardiovaskuler pada janin secara atanomis berubah untuk beradaptasi dengan situasi ketika plasenta bertanggung jawab dengan pernapasan, absorpsi nutrien, dan pembuangan sisa.

Pada janin, aliran darah tidak mengikuti rute yang sama dengan rute setelah lahir. Perbedaan utama antara sirkulasi janin dan sirkulasi setelah lahir adalah penyesuaian terhadap kenyataan bahwa janin tidak bernafas, sehingga paru-paru pun tidak berfungsi.

Janin memperoleh oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida melalui pertukaran dengan darah ibu menembus placenta. Karena darah tidak perlu mengalir ke paru-paru untuk menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Pada sirkulasi janin terdapat dua jalan pintas, yaitu :

·         Foramen ovale, adalah suatu lubang di septum antara atrium kanan dan kiri.
·         Duktus arteriosus, adalah pembuluh yang menghubungkan arteri pulmonalis dan aorta ketika keduanya keluar dari jantung.



Peran jalan-jalan pintas ini dapat di gambarkan dengan jelas apabila kita mengikuti aliran darah melalui jantung janin.

Darah beroksigen tinggi dibawa dari placenta melalui vena umbilikalis dan diteruskan ke dalam vena kava inferior janin. Sehingga ketika dikembalikan ke atrium kanan dari sirkulasi sistemik, darah adalah campuran dari darah yang beroksigen tinggi dari vena umbilikalis dan darah vena yang beroksigen rendah yang kembali dari jaringan janin.
Selama masa janin, karena tingginya resistensi yang diakibatkan oleh paru-paru yang kolaps, tekanan di separuh kanan jantung dan sirkulasi paru-paru lebih tinggi daripada di separuh kiri jantung dan sirkulasi sistemik, situasi yang terbalik dibandingkan dengan setelah lahir. Karena perbedaan tekanan antara atrium kanan dan kiri, sebagian darah campuran yang beroksigen cukup akan kembali ke atrium kanan segera di salurkan ke atrium kiri melalui foramen ovale. Darah ini kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri dan dipompa ke luar ke sirkulasi sistemik.

Selain memperdarahi jaringan, sirkulasi sistemik janin juga mengalirkan darah melalui arteri umbilikalis agar terjadi pertukaran dengan darah ibu melalui placenta. Sisa darah di atrium kanan yang tidak segera dialihkan ke atrium kiri mengalir ke ventrikel kanan, yang memompa darah ke dalam arteri pulmonalis.

Karena tekanan di arteri pulmonalis lebih besar daripada tekanan di aorta, darah di alihkan dari arteri pulmonalis ke dalam aorta melalui duktus arteriosus mengikuti penurunan gradien tekanan. Sehingga, sebagian besar darah yang dipompa keluar dari ventrikel kanan yang di tujukan ke sirkulasi paru-paru segera dialihkan ke dalam aorta dan disalurkan ke sirkulasi sistemik, mengabaikan paru yang non fungsional.

Saat lahir, foramen ovale menutup dan menjadi jaringan parut kecil yang dikenal sebagai fosa ovalis di septum atrium. Duktus arteriosus kolaps dan akhirnya berdegenarasi menjadi untai ligametosa tipis yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.

Kadang-kadang kedua jalan pintas tersebut tidak menutup sempurna setelah lahir. Foramen ovale paten (terbuka) biasanya tidak menimbulkan banyak masalah karena terdapat daun mirip katup disisi kiri septum. Daun ini menutup lubang sewaktu tekanan atrium kiri lebih besar dari pada tekanan atrium kanan.

Karena tekanan diseparuh kanan jantung dan sirkulasi paru turun pada bayi baru lahir segera setelah proses bernafas dimulai dan paru mengembang, tekanan di separuh kiri jantung dan sirkulasi sistemik lebih besar daripada tekanan di paru setelah lahir. Dengan demikian, tekanan atrium kiri lebih besar daripada tekanan atrium kanan pada neonatus, berlawanan dengan sebelum lahir. Perbedaan tekanan ini menutup daun pada foramen ovale dan mencegah terjadinya pencampuran kepada kedua atrium walaupun foramen ovale tidak menutup sempurna.

Duktus arteriosus paten adalah keadaan yang lebih serius. Sewaktu terjadi penurunan resistensi paru saat proses bernafas dimulai, tekanan di arteri pulmonalis turun di bawah tekanan di aorta, suatu keadaan yang menetap seumur hidup. Karena tekanan aorta sekarang lebih besar daripada tekanan arteri pulmonalis, sebagian darah akan dialirkan dari aorta ke dalam arteri pulmonalis melalui duktus arteriosus yang tetap terbuka, yaitu berlawanan dengan arah aliran darah melalui duktus ini sebelum lahir.

Akibat pengalihan yang abnormal, tidak semua darah yang dipompa oleh ventrikel kiri masuk ke sirkulasi sistemik. Apabila keadaan ini tidak diperbaiki secara bedah dengan menikat duktus arteriosus yang terbuka tersebut, ventrikel kiri akan melakukan kompensasi dengan hipertrofi (membesar dan menjadi lebih kuat) , sehingga dapat dipompa lebih banyak darah.

Curah jantung tambahan ini menghasilkan sirkulasi sistemik yang kuat walaupun sebagian dari darah yang keluar dari ventrikel kiri akan dialihkan ke sirkulasi paru. Ventrikal kanan juga mengalami hipetrofi, yang memungkinkan pemompaan darah melawan ke kanan arteri pulmonalis yang meningkat, di sebabkan oleh banyaknya darah yang mengalir ke dalam sirkulasi paru. Beban kerja tambahan pada jantung ini akhirnya menyebabkan gagal jantung dan kematian prematur jika kelainan tersebut tidak dikoresi.


1.3 SIRKULASI KARDIOVASKULER  PADA ORANG DEWASA

 

Secara umum sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian:
·      Sistem sirkulasi umum (sistemik): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kiri keseluruh tubuh dan kembali ke jantung kanan.
·      Sistem sirkulasi paru-paru (pulmoner): sirkulasi darah yang mengalir dari jantung kanan ke paru-paru lalu kembali ke jantung kiri.


Pada orang dewasa, jumlah volume darah yang mengalir di dalam sistem sirkulasi mencapai 5-6 liter (4,7 - 5,7 liter). Darah terus berputar mengalir di dalam sistem sirkulasi sistemik dan paru-paru tanpa henti.

·         Sistem sirkulasi sistemik

                      Sistem sirkulasi sistemik dimulai ketika darah bersih (darah yang mengandung banyak oksigen yang berasal dari paru) dipompa keluar oleh jantung melalui bilik (ventrikel) kiri ke pembuluh darah Aorta lalu keseluruh bagian tubuh melalui arteri-arteri hingga mencapai pembuluh darah yang diameternya paling kecil yang dinamakan kapilaria.

Kapilaria melakukan gerakan kontraksi dan relaksasi secara bergantian yang disebut dengan vasomotion sehingga darah didalamnya mengalir secara terputur-putus (intermittent). Vasomotion terjadi secara periodik dengan interval 15 detik- 3 menit sekali.
Darah mengalir secara sangat lambat di dalam kapilaria dengan kecepatan rata-rata 0,7 mm/detik. Dengan aliran yang lambat ini memungkinkan terjadinya pertukaran zat melalui dinding kapilaria. Pertukaran zat ini terjadi melalui proses difusi, pinositosis dan transpor vesikuler, serta filtrasi dan reabsorpsi. Ujung kapilaria yang membawa darah bersih dinamakan arteriole sedangkan ujung kapilaria yang membawa darah kotor dinamakan venule, terdapat hubungan antara arteriole dengan venule melalui 'capillary bed' yang berbentuk seperti anyaman, ada juga hubungan langsung (bypass) dari arteriole ke venule melalui 'Arteria-Vena Anastomose (A-V Anastomosis).

Darah dari arteriole mengalir kedalam venule kemudian melalui pembuluh darah balik (vena terbesar yang menuju jantung kanan yaitu Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior) kembali ke jantung kanan (serambi/atrium kanan). Darah dari atrium kanan memasuki ventrikel kanan melalui Katup Trikuspid (katup berdaun 3).

Sistem Sirkulasi Sistemik: jantung (bilik / ventrikel kiri) --> Aorta --> Arteri --> Arteriole --> Capillary bed atau A-V Anastomose --> venule --> vena --> Vena Cava (Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior) --> Jantung (atrium/serambi kanan).

·         Sistem sirkulasi paru (pulmoner)

Sistem sirkulasi paru dimulai ketika darah kotor (darah yang tidak mengandung Oksigen (O2) tetapi mengandung banyak CO2, yang berasal dari Vena Cava Inferior dan Vena Cava Superior) mengalir meninggalkan jantung kanan (Ventrikel/bilik kanan) melalui Arteri Pulmonalis menuju paru-paru (paru kanan dan kiri).

Kecepatan aliran darah di dalam Arteri Pulmonalis sebesar 18 cm/detik, kecepatan ini lebih lambat daripada aliran darah di dalam Aorta. Di dalam paru kiri dan kanan, darah mengalir ke kapilaria paru-paru dimana terjadi pertukaran zat dan cairan melalui proses filtrasi dan reabsorbsi serta difusi.

Di kapilaria paru-paru terjadi pertukaran gas O2 dan CO2 sehingga menghasilkan darah bersih (darah yang mengandung banyak Oksigen). Darah bersih selanjutnya keluar paru melalui Vena Pulmonalis (Vena Pulmonalis kanan dan kiri) memasuki jantung kiri (atrium/serambi kiri). Kecepatan aliran darah di dalam kapilaria paru-paru sangat lambat, setelah mencapai Vena Pulmonalis, kecepatan aliran darah bertambah kembali. Seperti halnya Aorta, Arteri Pulmonalis hingga kapilaria juga mengalami pulsasi (berdenyut).
Selanjutnya darah mengalir dari dari atrium kiri melalui katup Mitral (katup berdaun memasuki Ventrikel kiri lalu keluar jantung melalui Aorta, maka dimulailah sistem sirkulasi sistemik (umum), dan seterusnya secara berkesinambungan.                 
Sistem Sirkulasi Paru-paru: Jantung (bilik/ventrikel kanan) --> Arteri Pulmonalis --> Paru --> Kapilaria paru --> Vena Pulmonalis --> jantung (atrium/serambi kiri).


1.4 PENYAKIT JANTUNG PADA KEHAMILAN
Penyakit jantung adalah penyabab kematian paling sering kedua pada ibu secara keseluruhansetelah keseluruhan psikiatrik dan lebih sering dibanding penyakit tromboembolisme. Penyebab utamanya adalah miokard, aneurisme, dan diseksi aorta. Penyebab paling lazim penyakit jantung didapat pada ibu subur adalah penyakit jantung reumatik yang merupakan komplikasi demam reumatik yang dialami ketika masih kanak-kanak.
Penyakit jantung didapat akibat terjadi komplikasi proses penyakit lain. Penyebab penyakit tersebut dapat meninggalkan luka parut setelah terjadi peradangan akibat infeksi pada ibu selama masa hamil-melahirkan.  Meski sekarang jarang ditemukan di Inggris, proses penyakit lebih cenderung mengarah ke penyakit jantung reumatik. Kondisi peradangan lain yang jarang terjadi adalah endokarditis dan perikarditis infektif. Penyakit jantung iskemik pada kehamilan meningkat khusunya pada ibu usia 34 tahun.
1.4.1. Penyakit jantung reumatik
Penyakit ini merupakan dampak dari komplikasi inflamasi streptokokus A yang di tandai dengan infeksi pernafasan atau demam skarlatina. Pada individu yang rentan terhadap antibodi yang berespons terhadap infeksi awal, demam reumatik biasanya dimanesfestasikan dengan demam dan nyeri sendi. Akan tetapi, intensitas demam sangat bervariasi, mulai dari  kondisi ringan tanpa diketahui hingga penyakit akut dengan mortalitas 2-3%. Komplikasi umum demam reumatik adalah penyakit jantung yang mungkin tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Organ lainnya yang dapat di pengaruhi adalah sendi, kulit, dan otak.
Pada individu yang mengalami penyakit jantung reumatik, endokardium menjadi radang dan selanjutnya tumbuh jaringan parut. Hal ini paling umum ditemukan pada katup jantung, khusunya katup mitral dan sedikit meluas ke katup trikuspid. Fungsi katup tersebut dapat menyimpang dan terganggu. Ujung daun katup dapat mengeras, menyatu, dan pembukaan menyempit, yang kemudian kondisi tersebut dinamakan stenosis mitral atau atrial (berhubungan dengan katup trikuspid). Lebih parah lagi, kerusakan tersebut dapat menghambat daun katup menutup secara sempurna sehingga memungkinkan darah mengalir kembali ke jantung, yang akhirnya mengakibatkan inkompetensi mitral/atrial.
Perubahan tersebut menyebabkan kerusakan hati yang menyebabkan gangguan sirkulasi darah. Jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah secara baik ke seluruh tubuh. Selanjutnya, ukuran jantung akan semakin besar, yang dikenal dengan hipertrofi. Melemahnya jantung dan desakan lebih lanjut, seperti kehamilan, dapat menyebabkan gagal jantung. Kondisi lain yang memiliki dampak serupa antara lain :
·         Endokarditis infektif
Merupakan inflamasi endokardium jantung, namun akibat gangguan infektif. Faktor predisposisi kondisi tersebut pada individu adalah penyalahgunaan obat intravena, kerusakan katup (seperti dijelaskan sebelumnya), infeksi minor, perawatan gigi, dan pembedahan jantung. Pada kondisi tersebut, organisme infektif tumbuh pada jaringan parut katup seperti yang terjadi pada penyakit jantung reumatik.

·         Perikarditis. Merupakan inflamasi perikardium akibat infeksi, cedera jantung, atau respons otoimun. Perikarditis dapat menyebabkan infusi perikardial yang menghambat pengembangan adekuat jantung, atau pembentukan jaringan parut pada perikardium yang menganggu elastisitas jantung. Pasien dapat merasa nyeri saat bernafas dan nyeri dada.



1.4.2. Penyakit jantung iskemik dan infarkmiokardial
Seiring penigkatan masalah diet dan obesitas di era industri, semakin banyak ditemukan ibu dengan tanda awal penyakit iskemik jantung. Pembuluh darah rusak karena tingginya kadar lemak yang bersirkulasi dan plak aterosklerosis mulai mempersempit lumen pembuluh darah. Bila hal ini terjadi pada arteri koroner yang berada disekitas jaringan jantung dan menyuplai nutrisi ke jaringan tersebut jantung menjadi eskemik dan tidak mampu melanjutkan fungsinya dengan baik.
Ibu yang cenderung mempertahankan rencana untuk hamil sampai usia lanjut beresiko tambahan mengalami penyakit jantung eskemik yang semakin memburuk. Beban kerja jantung yang bertambah selama kehamilan, dan kelahiran dapat menyebabkan angina, dan terkadang serangan jantung, berupa infark miokard. Insiden infark miokard akut selama kelahiran sangat jarang terjadi, hanya satu dari sepuluh ribu sampai tiga puluh ribu ibu. Akan tetapi mortalitas maternal akibat infark miokard dapat mencapai 40%. Perubahan permanen pada jantung karena hipertensi kronis dapat mempersulit kehamilan.
        1.4.3. kardiomiopati peripartum
Penyakit ini jarang terjadi namun angka kematian akibat penyakit tersebut tinggi pada kehamilan. Angka kematian yang diakibatkannya berkisar 25-50% dengan jumlah kematian yang signifikan terjadi segera setelah awitan gejala. Pada ibu yang mengidap kardiomiopati peripartum tanpa riwayat penyakit jantung, miokadium jantung berarti terjadi penebalan dan inflamasi. Resiko yang lebih tinggi akan terjadi pada  ibu yang lebih tua dan pada ibu yang memiliki penyakit hipertensi.

   1.4.4. penyakit jantung kongenital
                        Defek kongenital merupakan penyebab penyakit jantung tersering pada kehamilan. Defek struktural yang terjadi saat lahir biasanya dikenali di inggris dan terapi pembedahan yang sukses mengalami peningkatan. Akan tetapi jika penyakit tersebut tidak terdeteksi dan tubuh mampu berfungsi normal, individu tidak menunjukkan gejala hingga stress tambahan mengenai jantung.
Perbaikan defek secara pembedahan belum dapat memulihkan kerja jantung dalam kapasitas normal. Sehingga bila dibebani dengan kehamilan gejala dapat muncul untuk pertama kalinya. Defek kongenital yang lebih sering muncul pada kehamilan meliputi sebagai berikut :
·  Defek septum atrium atau ventrikel
·  Duktus arteriosus paten
·  Stenosis pulmonal atau aorta
·  Sindrom seperti eisenmenger dan marfan

*      Defek septum atrium atau ventrikel adalah pembukaan abnormal antara atrium kanan dan kiri atau ventrikel kanan dan kiri. Pada jantung yang tidak terkena ventrikel kiri mengandung darah yang memiliki tekanan lebih besar di banding ventrikel kanan kerena ventrikel harus menghasilkan tekanan yang cukup untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu pada kasus defek septum atrium atau ventrikel, darah mengalir melalui defek dari sisi kiri dan kanan jantung.

Defek sektum tanpa penyulit dan kecil jarang menyebabkanmasalah pada ibu selama kehamilan. Akan tetapi lama kelamaan bergantung pada banyak faktor lainnya, darah tambahan dari atrium kiri dapat menyebabkan volume berlebih pada atrium dan ventrikel kanan. Bila kondisi tersebut tidak di tangani dapat menyebabkan pembesaran sisi kanan jantung dan pada akhirnya terjadi gagal jantung. Hipertansi dan penyakit arteri koroner dapat memperburuk kondisi tersebut.
Beban berlebihan secara konstan pada sisi kanan jantung dapat memperberat beban seluruh pembuluh darah paru. Akhirnya, pembuluh darah paru dapat menghasilkan haipertensi paru untuk mengsilkan hurangi volume darah yang berlebih dari paru. Bila hal interjadi perubahan terus berlanjut, dapat terjadi perubahan paru yang meningkatkan tekanan di sisi kanan jantung.
Kondisi seperti ini dapat membalikan gradien tekanan yang melewati defek seftum atrium atau ventrikel, dan pirau dapat terbalik, akibatnya terjadi pirau kanan ke kiri yang dikenal dengan sindrom eisenmenger. Sindrom eisenmenger menyebabkan angka kematian yang tinggi pada kehamilan sehingga ibu dengan sindrom tersebut disarankan untuk menghindari kehamilan.
*      Duktus arteriosus paten merupakan kondisi yang tersisa dari kehidupan janin. Selama kehamilan, darah di oksigenasi oleh plasenta sehinggga paru tidak berfungsi. Sirkulasi janin disesuaikan untuk memintas paru melalui suatu struktur temporer yang disebut duktus arteriosus yang terletak antara arteri pulmonalis dan aorta. Struktur tersebut jarang tidak menutup setlah lahir.
Duktus arteriosus paten menyebabkan darah teroksigenasi mengalir mengikuti gradien tekanan dari aorta ke arteri pulmonalisdengan demikian, sebagian darah teroksigenasi tidak mengalir keseluruh tubuh sehingga pasien dapat mengalami sesak nafas dan sianosis.
Hipertensi paru juga nantinya dapat terjadi. Frekuensi jantung meningkat sebagai upaya mengalirkan darah yang cukup ke semua area tubuh, namun bila tidak ditahani pasien dapat mengalami gagal jantung. Seperti pada defek septum, kemampuan jantung untuk meregang bergantung pada kemampuan tubuh mengatasi beban tambahan yang berlebihan.
*      Stenosis pulmonalis atau aorta adalah penyempitan arteri ppulmonalis atau aorta ketika darah mininggalkan jantung. Aliran darah ke dalam sirkulasi pulmonal atau  sistemik dihambat oleh pembuluh darah yang menyempit. Sindrom marfan merupakan kkondisi genetik yang biasanya mengenai salah satu organ yaitu jantung.
Apa pun patofisiologinya, persoalan dari semua defek tersebut berpusat pada kemampuan jantung dalam mengatasi beban tambahan selama kehamilan dan pelahiran. Ibu yang mengalami penyakit jantung berat umumnya paling beresiko mengalami kematian, apa pun patologi yang mendasarinya. Bidan harus sigap dalam melihat kemungkinan adanya penyakit jantung dan tanda gangguan jantung.
*      Sindrom seperti Marfan dan Eisenmenger
Sindrom Marfan adalah gangguan jaringan ikat.jaringan ikat adalah jaringan, tangguh berserat yang menghubungkan satu bagian tubuh dengan yang lain. jaringan ikat rusak dan tidak bertindak sebagaimana mestinya. Karena jaringan penghubung ditemukan di seluruh tubuh, sindrom Marfan dapat mempengaruhi banyak sistem tubuh adalah komponen utama dari tendon, ligamen, tulang, tulang rawan, dan dinding pembuluh darah besar. Sindrom Marfan mempengaruhi satu dari setiap 10.000 bayi baru lahir.
Sedangkan sindrom Eisenmenger diderita pada penderita dengan VSD yang berat, yaitu ketika tekanan ventrikel kanan sama dengan ventrikel kiri, sehingga shuntnya sebagian atau seluruhnya telah menjadi dari kanan ke kiri sebagai akibat terjadinya penyakit vaskuler pulmonal.


1.4.5 TANDA-TANDA PENYAKIT JANTUNG
Sulit untuk mengidenfikasi tanda dan gejala awal penyakit jantung pada kehamilan karena kehamilan itu sendiri menghasilkan respon serupa dalam tubuh, misalnya penyakit jantung dan sebagaimana pembahasannya sebelumnya. Akan tetapi, pengawasan yang cermat pada ibu hamil disertai pengetahuan tentang tanda vital dasar memungkinkan bidan sigap terhadap kemungkinan komplikasi yang tidak berhubungan langsung dengan kehamilan.
Tanda dan gejala penyakit jantung meliputi :
·         Keletihan karena jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan sel dan organ tubuh terutama saat beraktivitas.
·         Sesak nafas (dispnea) sangat membatasi aktivitas normal, karena jantung tidak mampu mengalirkan darah dnegan cukup cepat ke paru untuk kelangsungan pertukaran gas.
·         Palpitasi akibat aritmia jantung.
·         Denyut nadi yang kolaps dan bounding (denyut kuat dan keras disertai amflitudo tinggi). Karena frekuensi jantung meningkat tanpa peningkatan curah jantung.
·         Nyeri dada yang berhubungan dengan aktivitas akibat otot jantung iskemik.
·         Edema perifer karena aliran dibalik vena tidak kuat


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Makalah ini dibuat demi bertambahnya pengetahuan, khususnya bertambahnya pengetahuan untuk wanita yang sedang hamil. Karena banyak hal fatal yang bisa terjadi bila jantung bermasalah atau abnormal. Seperti halnya ada gangguan pada jantung saat masa kehamilan tidak hanya akan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan ibunya, tapi juga akan berdampak bagi kesehatan dan tmbuh kembang janin yang dikandungnya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan kesehatan jantung untuk semua orang khususnya bagi wanita hamil dan janinnya akan semakin bertambah baik. Keabnormalan pada jantung juga akan bisa diminimalisirkan.

Saran
Jaga kesehatan dan sayangilah jantung anda. Karena jantung anda tidak hanya milik anda pribadi, tapi juga orang sekitar anda. Jadi mulai sekarang jaga kesehatan jantung anda. Lakukanlah pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi yang seimbang dan lengkapi dengan olahraga teratur.





DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan (hal 61 – 62). Jakarta : Salemba Medika
Wylie, Linda. 2005. Esensial Anatomi & Fisiologi (hal 79 – 82). Jakarta : EGC
Wylie, Linda. 2007. Manajemen Kebidanan Gangguan Medis Kehamilan & Persalinan (hal.46 -  ). Jakarta : EGC